Kota Solok, Denbagus.co—Nahas, Seorang pekerja proyek Lanjutan Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Solok diketahui meninggal dunia akibat jatuh dari ‘Scaffolding’ lantai (3)tiga, salah satu bangunan yang sedang dikerjakan oleh perusahaan rekanan, PT. Jaya Semanggi Enjiniring. Sabtu (19/08/2023).
Parahnya lagi, pekerja yang diketahui berasal dari pulau jawa itu, diduga peristiwa meninggalnya sengaja disembunyikan. Dimana setelah diketahui meninggal di IGD RSUD Kota Solok, yang berkebetulan beredekatan dengan lokasi proyek, Pihak perusahaan rekanan langsung mengirimkan almarhum kekampung asalnya di Pasuruan.
Dari hasil konfirmasi lapangan wartawan Denbagus.co kelapangan, tepatnya ke bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Solok yang sekarang masih dibawah koordinasi Puskesmas Tanah Garam. Kepala Puskesmas Tanah Garam, Dr. Puti Lindung Bulan membenarkan telah menerima pasien yang diduga akibat kecelakaan kerja yang kebetulan berlokasi dekat dengan lokasi kejadian.
“Benar, pagi tadi bagian IGD kami ada menerima pasien. Sesuai dengan laporan dokter jaga, orang itu bekerja di proyek dan di bawa ke IGD. Pasien itu sudah ditangani sesuai SOP yang ada di aturan kita, dan sudah ditangani dengan baik oleh dokter yang jaga pada waktu itu. Nama pasiennya Syaipul Anwar, umur 54 tahun. Pasien masuk ke ruang IGD jam 08.50 Wib. Dan Dr. Rara yang bertugas jaga saat itu sudah melakukan tindakan terhadap korban, namun nyawa korban tidak bisa di selamatkan. Dan jam 09.15 Wib korban di bawa keluar dari IGD,” terangnya singkat.
Berbekal dari informasi dan keterangan Kepala Puskesmas, kemudian dari hasil investigasi lanjutan media ini kelapangan, kuat indikasi bahwa korban atas nama Syaiful Anwar, yang diketahui merupakan pekerja asal Pasuruan Jawa Timur itu meninggal, diduga akibat kecelakaan yang tidak dilengkapi dengan pengamanan kerja yang sudah disyaratkan sesuai dengan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi sesuai dengan kontrak kerja dengan pihak pemerintah setempat, dimana biasanya menjadi syarat wajib sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerja.
Sebab, dari keterangan pekerja PR dan JN, pekerja syaiful meninggal akibat terjatuh dari Steger ke steger di lantai tiga salah gedung yang sedang dikerjakan (sambil menunjuk gedung yang dimaksud).
“Dia jatuh dari steger ke steger di lantai 3(tiga), dan tadi setelah keluar dari IGD langsung diberangkatkan ke Jawa (kampung pekerja), untuk lebih jelas mungkin bisa langsung bertanya ke kantor bagian administrasi, namanya Cipo,” ungkap PR singkat.
Tidak puas disitu, ketika penelusuran berlanjut. Kejanggalan justru mulai terlihat ketika awak media ini mencari informasi lebih lanjut kepada bagian administrasi yang bernama Cipo. Dimana Cipo yang awalnya kooperatif dengan awak media, tiba-tiba saja berubah sikap setelah kedatangan Pimpinan Proyek (Pimpro) yang diketahui bernama Pak Man. Dan tidak mau lagi memberikan informasi apapun, kecuali menyebutkan kampung asal korban, dari Pasuruan Jawa Timur. Cipo juga terlihat berusaha menutupi segala hal yang terjadi ditempat yang menjadi saksi bisu bagi kematian Syaiful, termasuk pekerja lainnya, yang awalnya duduk diluar, tiba-tiba saja menghilang ketika wartawan media ini selesai dengan Cipo.
Kejanggalan tidak sampai disitu saja, Pak Man yang diketahui merupakan salah satu kontraktor yang sudah malang melintang di Kabupaten Dan Kota Solok, bahkan disebut-sebut sudah banyak mengerjakan proyek bangunan bergengsi di Kota Serambi Madinah itu, dimana juga diduga merupakan orang yang paling berperan diproyek tersebut, ketika sebelumnya datang, dan dipanggil oleh wartawan media ini sampai tiga kali. Seperti sengaja menghindar, juga memilih terus berjalan tergesa-gesa, seolah-olah tak mendengar, padahal salah satu temannya seiring jalan melihat, dan membantu memanggil dia, sementara dia terus berjalan, dan terus hilang dari lokasi, bahkan dari informasi pekerja yang berhasil ditemui, bos proyek itu langsung pergi dari lokasi tanpa bergeming.
Masih belum puas, wartawan ini seterusnya juga berusaha menemui Pelaksana lapangan dari PT. Jaya Semanggi Enjiniring, rekanan proyek bernilai 96 Milyar lebih tersebut di ‘Base camp’ tempat dia bekerja, yang bernama Hartoyo JSE.
“Dia itu meninggal karena sakit jantung, itu saja konfirmasinya,” ujar Hartoyo. Hanya melalui telepon seluler, Sabtu (19/08/2023).
Dan ketika diminta bertemu langsung untuk konfirmasi lebih lanjut terkait kronologis kejadian, karena awak media ini juga masih berada dilokasi yang sama, cuma berada diluar ruangan tempat dia istirahat, Hartoyo justru juga memilih untuk tidak bersedia.
“Segitu dulu konfirmasinya, saya lagi capek, karena sudah ngurusi dari tadi, belum lagi masalah keluarganya,” katanya mengakhiri. Maka demi menghargai hak narasumber, selanjutnya media ini memilih untuk keluar dari lokasi dan berlanjut meminta keterangan kepada pihak PUPR Kota Solok selaku penyedia kegiatan tersebut.
“Saya belum mengetahui kejadian itu secara pasti, tetapi tadi saya sudah mencoba menelpon pelaksana dilapangan sebanyak dua kali, tapi tidak mengangkat. Selanjutnya saya juga telepon kebagian administrasi, rupanya dia juga lagi dirumah, sebab lagi tidak masuk kerja. Tetapi saya akan terus mencari informasi, saya juga lagi berusaha menelpon bosnya yang ada di Surabaya, karena tidak mungkin juga tidak tahu,” Kepala Dinas PUPR Kota Solok, Afrizal menjelaskan singkat. Sabtu (19/08/2023) melalui telepon seluler.
Dan berbalik kembali meminta wartawan media ini untuk konformasi kepada pelaksana lapangan, Hartoyo. Sebab informasi yang didapatkannya, Hartoyo juga lagi masih mengurus administrasi kepulangan pekerja yang meninggal untuk kepulangan ke Pulau Jawa.
Sebelum meninggalkan lokasi, menilik lebih jauh tempat terjadinya dugaan kecelakaan kerja tersebut, kuatnya indikasi adanya unsur kelalaian dalam kejadian itu, sebagaimana halnya keterangan para pekerja lainnya. Korban Syaiful jatuh dari steger begitu saja, dan diduga berakibat dikepalanya ada bekas luka akibat berbenturan dengan benda keras, berupa besi, sehingga terlihat mengeluarkan darah. Dari kejadian itu bisa saja di indikasikan kuat, kalau Syaiful saat bekerja tidak memakai tali pengaman (Safety belt), karena langsung saja terjatuh dan terhempas. Kemudian di lokasi pekerjaan, indikasi kelalaian lain yang juga bisa beresiko kecelakaan adalah tidak adanya terlihat satupun jaring pengaman (Safety net), dimana biasanya digunakan untuk pengamanan pekerjaan gedung-gedung tinggi, untuk melindungi area diluar area kerja dari puing-puing kecil atau peralatan yang jatuh dari ketinggian.
Terakhir, terhadap kejadian dugaan adanya faktor kelalaian dalam kecelakaan kerja yang berakibat adanya pekerja yang meninggal dunia di lokasi Proyek Lanjutan Pembangunan RSUD ini, ketika coba dikonfirmasikan melalui tetelpon seluler kepada pihak Polres Solok Kota, dalam hal ini melalui Kapolres Solok Kota, AKBP Ahmad Fadilan, S. Si, M. Sc, M. Si. Dikatakan, bahwa pihak Polres Solok Kota belum mengetahui informasi kejadian tersebut.
“Untuk sementara kami belum bisa memberikan informasi resmi, karena sejauh ini belum ada laporan yang disampaikan kepada kami, Dan kita sudah meminta anggota untuk segera menindak lanjuti informasi ini,” Ujar Kapolres AKBP Ahmad Fadilan melalui telepon seluler, Minggu (19/08/2023). Bersambung…..(Red/Eli)