Oleh : Novri Investigasi
Memang, tak perlu kita menjabarkan lagi. Dan, tak perlu diulang ulang. Karena, persoalan itu sudah menjadi konsumsi publik. Sudah 15 tahun, bergerak lamban. Makanya, perlu peningkatan perubahan. Butuh sosok pimpinan yang visioner dan bekerja keras dan mempunyai arah yang jelas
Ada beberapa pembangunan infrastruktur Sumbar yang perlu menjadi perhatian. Dan, untuk mencarikan solusi, perlu sosok pemimpin yang tulus membangun Sumbar. Pemimpin cerdas, tegas dan tak neko neko. Apalagi, memanfaatkan jabatan untuk golongan dan pribadi.
Persoalan jalan tol, terlalu sering dikupas. Keterlambatannya perlu digesa lagi. Pembebasan lahan, kusut masai tak terurai. Bahkan, jauh tertinggal dari Riau. Ketegasan seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk mempercepat penyelesain jalan tol itu
Begitu juga, Stadion Utama Sumbar yang dibangun sejak 2014 lalu. Sudah mengabiskan dana Rp450 M, progresnya masih dibawah 50 %. Sudah 15 tahun, tak ada tanda tanda akan selesai. Apalagi, dana dibutuhkan sangat besar, untuk menyelesaikan.
2023 kemaren, Era Sukma Munaf, Kadis BMCKTR, mengaku masih butuh dana Rp700 M, itu hanya untuk stadion. Sarana dan prasarana lain, seperti lapangan parkir butuh Rp1,8 T. Intinya, kalaupun bertambah 1 priode lagi, tak bakal juga selesai. Makanya, perlu perubahan dan perbaikan.
Begitu juga, Gedung Kebudayaan Sumbar yang mangkrak, bahkan masuk dalam ranah hukum. Sekarang, bagian belakang, bagaikan beton tak berdaun ditumbuh disemak belukar. Kerangka besi, bagaikan ranting melilit dahan ditengah hutan. Ironis, bak sarang ‘hantu’ sepi tak berpenghuni.
Menarik juga dikupas, jembatan lolong yang berdiri dibelakang Hotel Pangeran. Jembatan ‘kasiah tak sampai’ itu, putus tak bertujuan. Hanya, tempat berpijak bagi pengunjung, untuk melihat orang mandi di kolam renang Hotel Pangeran. Haruskah ini, terus dibiarkan terbengkalai dan infrastruktur sia sia yang telah menghabiskan anggaran APBD Sumbar. (*)